MAKALAH ENTOMOLOGI LABA-LABA
#1 Halo Sobat malaikatpenolongmu👋👼😄
NB : bagi yang ingin meng-copas makalah ini tolong ijin dahulu di kolom komentar. Mohon hargai penulis ya;) Terimakasih...
Tugas Biologi
“ MAKALAH ENTOMOLOGI LABA-LABA ”
GURU :
Sir. Welly
Tugas :
BIOLOGI
KELOMPOK 2 :
Angelica A. Sihotang
Grace Patricia R. Parhusip
Santika
Okta
Yeni F. Simbolon
Kelas :
X MIPA
SMA ADVENT CIMINDI
JL . RAYA CIMINDI, NO. 74 BANDUNG 40184
TAHUN PELAJARAN 2018-2019
Nomor
Telp: 022-6010612,56062833
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Entomologi adalah salah
satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
serangga. Istilah ini berasal dari dua perkataan Latin - entomon
bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan.
Sebagai bagian dari
komunitas ekosistem bumi, serangga telah menjadi penentu keberadaan dan
perkembangan ekosistem di muka bumi. Interaksi antara serangga dengan manusia
sudah berlansung sejak manusia ada dan hidup di dunia. Serangga mempunyai peran
penting dalam kehidupan manusia. Nilai ekonomi serangga dapat mencapai
trilyunan rupiah setiap tahun. Nilai yang menguntungkan dapat berasal dari
produk seperti madu, royal jelly, sutera, jasa penyerbukan, agens hayati,
perombak, pariwisata, sumbangan dalam ilmu pengetahuan, dan peran dalam
ekosistem. Jutaan ton produk pertanian hilang karena kerusakan yang disebabkan
oleh serangga. Begitu juga kerugian yang besar akibat gangguan kesehatan hewan
dan manusia yang disebabkan oleh penyakit yang ditularkan dan disebarkan oleh
serangga. Trilyunan rupiah dana digunakan untuk biaya pengendalian hama
tanaman, hama pascapanen, hama permukiman serta penyakit pada tanaman, hewan
dan manusia yang ditularkan oleh serangga. Manusia sering memandang serangga
secara antroposentris, yaitu sebagai kelompok organanisme yang lebih banyak
mendatangkan kerugian daripada keuntungan bagi kehidupan manusia. Namun pada
hakekatnya aspek-aspek positif dan manfaat serangga bagi kehidupan manusia jauh
lebih besar dibandingkan aspek-aspek yang merugikan. Dengan belajar Entomogi kita bisa menempatkan
serangga secara proporsional dalam kehidupan, sehingga tidak memandang serangga
sebagai hewan yang selalu merugikan. Setelah mempelajari Bab I ini anda
diharapkan mampu 1) menjelaskan batasan dan ruang lingkup Entomologi, 2
menjelaskan berbagai cabang ilmu entomologi, 3) menunjukan kedudukan serangga
dalam phylum Artrophoda, 4) menjelaskan kelimpahan dan habitat-habitat yang
dihuni serangga 5) menjelaskan peranan serangga dalam kehidupan manusia.
B. Batasan Dan Ruang Lingkup Entomologi
Secara terbatas, Entomologi adalah ilmu yang
mempelajari serangga (insecta). Akan tetapi, arti ini seringkali diperluas
untuk mencakup ilmu yang mempelajari Arthropoda (hewan beruas-ruas) lainnya,
khususnya laba-laba dan kerabatnya (Arachnida atau Arachnoidea), serta luwing
dan kerabatnya (Millepoda dan Centipoda). Dimasukannya Arthropoda lain sebagai
bagian yang dibahas pada Entomologi
karena ada hubungan evolusioner/filogenetis dalam konteks pembahasan taksomis
dengan serangga. Selain itu dalam konteks fungsional Arthropoda lain berperan
sebagai pemangsa dan pesaing bagi serangga. Melalui entomologi kita akan diajak
memgenal serangga lebih jauh. Sebagai disiplin ilmu yang sudah berkembang pesat
entomologi kini dapat dibagi menjadi dua cabang ilmu yaitu Entomologi Dasar dan
Entomologi Terapan.
Entomologi Dasar dibagi lagi menjadi sub-cabang ilmu
yang lebih khusus antara lain:
1.
Morfologi Serangga
adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur tubuh serangga, biasanya lebih ditekankan kepada
bentuk dan struktur luar tubuh serangga.
2. Anatomi dan Fisiologi Serangga adalah ilmu yang
mempelajari bentuk dan struktur organ dalam serangga beserta fungsinya.
3. Perilaku (behavior) Serangga adalah ilmu yang
mempelajari apyang dilakukan serangga, bagaimana dan kenapa serangga
melakukannya.
4. Ekologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari
hubungan serangga dengan lingkungannya baik lingkungan biotic (organisme lain)
maupun lingkungan abiotik, (faktor fisik dan kimia).
5. Patologi Serangga adalah ilmu yang mempelajari
serangga sakit baik tingkat individu (patobiologi) maupun pada tingkat populasi
(epizootiologi).
6. Taksonomi Serangga adalah ilmu yang mempelajari
tatanama dan penggolongan serangga.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Laba-laba
Laba-laba,
atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang
kaki, tak bersayap, dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba
digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng,
tungau —semuanya berkaki delapan— dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang
studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.
Laba-laba
merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa
utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian
sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo
Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh
atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya
sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia.
Tidak
semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya
mampu menghasilkan benang sutera—yakni helaian serat protein yang tipis namun
kuat—dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang
tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba,
berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung
telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.
Salah satu
jenis jaring laba-laba yang ditemukan di dekat stasiun riset Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Tak seperti
serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen
bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya
merupakan gabungan dari kepala dan dada (toraks). Sedangkan segmen bagian belakang
disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax
dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus.
Pada cephalothorax
melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang
rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau
beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada
beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan
berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.
Laba-laba
tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya,
mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya.
v Indra
Mata
pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan
bukan mata majemuk seperti pada serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki
penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat membedakan warna, atau hanya
sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua bahkan ada yang buta.
Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba pemburu yang mempunyai
penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna.
Untuk
menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik
pada jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang
dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu merasai perbedaan tekanan udara.
Indra peraba laba-laba terletak pada rambut-rambut di kakinya.
B. Klasifikasi Laba-laba
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Arachnida
Ordo : Araneae
Subordo : Mesothelae
Mygalomorphae Araneomorphae
Genus : Salcitus
Spesies : Salcitus scenicus
Ø Keragaman
Jenis
Hingga sekarang, sekitar 40.000 spesies laba-laba
telah dipertelakan, dan digolong-golongkan ke dalam 111 suku. Akan tetapi
mengingat bahwa hewan ini begitu beragam, banyak di antaranya yang bertubuh
amat kecil, seringkali tersembunyi di alam, dan bahkan banyak spesimen di
museum yang belum terdeskripsi dengan baik, diyakini bahwa kemungkinan ragam
jenis laba-laba seluruhnya dapat mencapai 200.000 spesies.
Ordo laba-laba ini selanjutnya terbagi atas tiga
golongan besar pada aras subordo, yakni:
· Mesothelae,
yang merupakan laba-laba primitif tak berbisa, dengan ruas-ruas tubuh yang nampak
jelas; memperlihatkan hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan leluhurnya
yakni artropoda beruas-ruas.
· Mygalomorphae
atau Orthognatha, yalah kelompok laba-laba yang membuat liang persembunyian,
dan juga yang membuat lubang jebakan di tanah. Banyak jenisnya yang bertubuh
besar, seperti tarantula dan juga lancah maung.
· Araneomorphae
adalah kelompok laba-laba ‘modern’. Kebanyakan laba-laba yang kita temui
termasuk ke dalam subordo ini, mengingat bahwa anggotanya terdiri dari 95 suku
dan mencakup kurang lebih 94% dari jumlah spesies laba-laba. Taring dari
kelompok ini mengarah agak miring ke depan (dan bukan tegak seperti pada
kelompok tarantula) dan digerakkan berlawanan arah seperti capit dalam
menggigit mangsanya.
Ø Cara hidup
dan habitat
Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup
bebas, parasit, komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai
kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang,
dan lebah.
Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di
laut, periran tawar, gurun pasir, dan padang rumput.
C. Morfologi Laba-Laba
Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh,
laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau
prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax).
Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma.
Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle
atau pedicellus.
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu
sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut
chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan
yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan
dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.
Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk
mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk
menyedot cairan tubuh mangsanya.
Morfologi
Mata pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal
(mata berlensa tunggal), dan bukan mata majemuk seperti pada serangga.
Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat
membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni
gua bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis
laba-laba pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam
mengenali warna.
Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya
laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya maupun pada
tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu
merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada
rambut-rambut di kakinya (Anonim, Tanpa tahun).
Ø Anatomi
Laba-Laba
Anatomi laba-laba, meliputi:
1. esophagus, lambung penghisap, sekum, rectum,
kelenjar-kelenjar hepatic, saku kloaka dorsal dan anus sebagai sistem digesti.
2. Paru-paru yang terdiri dari lamel-lamel yang
berlipat dalam ruang pernafasan, jantung pada bagian dorsal abdomen yang
terletak di ruang pericardial dan menerima darah melaluli sepasang ostium.
Darah dipompa keluar melalui pembuluh-pembuluh terus masuk ke sinus-sinus
tubuh. Sinus ventral menghubungkan sinus-sinus itu dengan paru-paru buku
3. Tabung Malphigi sebagai sistem eksresi
4. Ganglion ventral dan ganglion dorsal sebagai sistem
saraf dan perasa
5. Gonad pada
bagian ventral abdomen .
Selain bagian bagian diatas laba laba juga dapat
membuat sarang atau dapat juga disebut sutra. Dari penelitian yang dilakukan
Vollrath (1998), laba-laba mengeraskan suteranya dengan mengasamkannya.
Vollrath memusatkan penelitiannya pada laba-laba taman yang dikenal sebagai
Araneus diadematus, dan memeriksa saluran yang dilalui sutera sebelum keluar
dari tubuhnya. Sebelum memasuki saluran ini, sutera terdiri dari
protein-protein sutera. Di dalam saluran ini, sel-sel khusus mengeluarkan air
dari protein-protein sutera tersebut. Atom-atom hidrogen yang diambil dari air
tersebut dipompakan ke bagian lain dari saluran dan menghasilkan bak asam.
Ketika protein-protein sutera bersentuhan dengan asam tersebut, protein-protein
ini melipat dan saling membentuk jembatan-jembatan yang mengeraskan suteranya.
Agar sutera terbentuk, diperlukan bahan-bahan lain dengan segudang sifat yang
beragam (Yahya, 2001).
Menurut Scheibel (2004), kelenjar sutera menghasilkan
suatu transisi dari ‘gel’ yang disimpan ke serabut padat akhir. Gel yang dihasilkan
oleh kelenjar dimasukkan ke dalam spinneret. Laba-laba memiliki delapan
spinneret, pada umumnya tersusun berpasangan. Tekanan serabut protein di dalam
suatu lingkungan mengandung air dikenal sebagai ‘ wet-spinning’. Proses ini
mampu memproduksi serabut sutera dengan diameter 2.5-4 m pada laba-laba alami.
Spinneret pada laba-laba merupakan suatu bagian yang sangat maju sebagai alat
untuk mengorganisir protein sutera. Secara rinci, spinneret menciptakan suatu
gradien konsentrasi protein, pH, dan tekanan, yang mendorong protein sutera
dalam bentuk gel untuk menjadi fase kristal. Permulaan kelenjar pada spinneret
kaya akan thiol dan tyrosine. Ketika proses pembuatan sutera mulai, ampulla
bertindak sebagai suatu kantung (gudang penyimpanan) untuk serabut yang baru
dihasilkan. Dari bagian ampulla, memutar saluran pipa yang secara efektif
memindahkan air dari sutera yang dihasilkan. Pengeluaran sutera pada ujung
distal saluran pipa, dan terdapat suatu klep. Klep tersebut berfungsi untuk
membantu menggabungkan lagi sutera yang patah atau rusak.
Spinneret pada Araneus diadematus terdiri dari
beberapa kelenjar, yaitu sebagai berikut:
1. 500 buah glandulae piriformes, berfungi untuk
penunjuk pemasangan jaring.
2. 4 buah glandulae ampullaceae, berfungsi untuk
menghasilkan bingkai jarring.
3. 300 buah glandulae aciniformes, untuk lapisan
kantung telur yang luar dan untuk memperdaya mangsa.
4. 4 glandulae tubuliformes, untuk sutera kantung
telur.
5. 4 glandulae aggregatae, berfungsi sebagai lem untuk
saling menempelkan jaring.
6. 2 glandulae coronatae, berfungsi sebagai lem dalam
bentuk benang (Anonim, Tanpa tahhun).
Beberapa jenis laba-laba mempunyai kelenjar yang
berbeda-beda untuk menghasilkan sutera, misalnya untuk konstruksi sarang,
pertahanan terhadap predator, menangkap mangsa, atau mobilitas. Komponen dan
material sutera berbeda-beda antara satu bentuk dengan bentuk yang lain,
disesuaikan khusus untuk penggunaannya agar optimal. Sebagai contoh, Argiope
argentata mempunyai lima jenis sutera yang berbeda, masing-masing jenis sutera
untuk suatu tujuan yang berbeda, yaitu:
1. Dragline sutera, digunakan untuk komunikasi antar
sarang. Memiliki ciri sekuat baja dan tahan lama.
2. Capture spiral sutera, yang digunakan untuk
menangkap mangsa, memiliki ciri lengket, sangat kuat dan elastis.
3. Tubiliform sutera, digunakan dalam pembuatan
kantung telur. Bersifat melindungi, terdiri dari sutera paling kaku.
4. Aciniform sutera, digunakan untuk menangkap dan
membungkus mangsa. Memiliki ciri 3 kali lebih kuat daripada sutera yang lain.
5. Minor ampullate sutera, digunakan untuk perancah
selama pembuatan konstruksi jaring.
D. Reproduksi Pada Bangsa Laba-Laba
Semua makhluk hidup
memiliki mekanisme untuk mempertahankan eksistensi spesiesnya. Melalui
mekanisme yang disebut reproduksi, spesies-spesies bertahan dari kepunahan.
Keturunan hanya akan terjadi jika individu-individu yang melangsungkan
perkawinan merupakan spesies yang sama.
Tidak perlu berpanjang
lebar membahas reproduksi makhluk hidup secara umum, langsung pada pembahasan
mengenai perkembangbiakan pada laba-laba dan kerabatnya. Secara umum dapat
dikatakan Arachnida bereproduksi secara seksual dengan fertilisasi bersifat
internal, sama seperti pada manusia. Hanya saja perlu diketahui bahwa proses
yang berlangsung tidak sama dengan reproduksi pada manusia dan hewan tingkat
tinggi lainnya. Pada laba-laba dan arachnid lainnya, sperma individu jantan
dimasukkan ke dalam tubuh individu betina dengan tidak menggunakan organ
genital jantan. Dengan kata lain, ada fase yang disebut fase intermediet
sebelum terjadinya fertilisasi. Adanya fase intermediet juga terjadi pada
beberapa serangga tak bersayap, dan myriapod.
Amblypygi (whip spider)
memiliki 5 tahapan dalam proses perkawinan (Weygoldt 2000). Dimulai dari tahap
percumbuan, ditandai dengan ritual tertentu sebagai bentuk persiapan. Pada
beberapa jenis jantan dan betina melakukan ‘tarian’ unik. Tahap selanjutnya
adalah pembentukan spermatophore sebagai alat transfer spermatozoa kepada
betina. Individu jantan kemudian melakukan atraksi untuk menarik/memikat sang
betina agar mengambil sperma dari spermatopore. Tahapan tersebut kemudian
diikuti dengan proses transfer spermatozoa dari spermatophore ke tubuh individu
betina. Keempat tahapan diakhiri dengan ritual pascakawin. Setiap tahapan di
atas bervariasi pada tiap jenis.
Laba-laba (khususnya
Araneomorphae, Entelegyne) memiliki mekanisme yang berbeda, sperma disimpan
dalam pilinan benang dan selanjutnya ditransfer ke organ khusus pada ujung
pedipalpi sang jantan. Proses percumbuan seringkali beresiko bagi jantan,
mengingat sifat dominan individu betina. Jantan harus mampu mengenali bahwa
individu betina berasal dari jenis yang sama dan siap untuk kawin. Tarian
khusus dilakukan untuk menghindari pemangsaan oleh betina. Ritual percumbuan
sangat menentukan keberhasilan perkawinan, mengingat kesalahan sedikit dalam
ritme vibrasi atau sentuhan bisa berakibat fatal bagi sang jantan.
Jika proses percumbuan
berhasil, maka individu jantan dapat mentransfer spermanya ke tubuh sang betina
melalui organ yang disebut epygnum yang berada pada ventral abdomen. Laba-laba
menggunakan R-strategy dalam bereproduksi, artinya menghasilkan banyak anak.
Jumlah telur yang dihasilkan bervariasi, betina dapat menghasilkan ribuan
telur. Adelocosa anops (Lycosidae) dari beberapa gua di Hawaii hanya
menghasilkan 15-30 butir telur (Kendall & Reyer 2006), meskipun pada
lycosid epygean setidaknya menghasilkan 100 butir telur. Mengingat tingkat
reproduksi yang rendah dan tekanan kerusakan habitat, jenis troglobit tersebut
telah masuk list endangered.
Telur laba-laba disimpan
dalam kantong, yang memiliki fungsi utama untuk melindungi telur dan menjaga
kelembaban agar tetap stabil. Induk betina memiliki mekanisme berbeda-beda dalam
menjaga telur, antara lain dengan menyimpan dalam sarang, membawanya dengan
chelicera, atau menempelkan pada ventral menggunakan benang. Betina pada
beberapa jenis mati setelah bertelur.
Beberapa jenis laba-laba
dan arachnid lainnya memiliki perhatian khusus pada anak-anak mereka. Bentuk
perhatian tersebut misalnya dengan menggendong di bagian dorsal abdomen, atau
dengan cara memberikan makanan selama bayi-bayi masih lemah.
E. Kelompok Laba-laba
Ø Arachnoidea
Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba)
disebut juga kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba
saja.Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang jumlahnya
sekitar 32 spesies.Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang panjangnya
lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm.Arachnoidea merupakan hewan terestrial
(darat) yang hidup secara bebas maupun parasit.Arachnoidea yang hidup bebas
bersifat karnivora.Arachnoidea dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida,
Arachnida, dan Acarina.Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen
abdomen terakhir, contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan
ketunggeng ( Buthus after).Pada Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki
kelenjar beracun pada kaliseranya (alat sengat), contoh hewan ini adalah
Laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba kemlandingan (Nephila
maculata).Acarina memiliki tubuh yang sangat kecil, contohnya adalah caplak
atau tungau (Acarina sp.).
Berikut adalah ciri-ciri dari salah satu hewan
Arachnoidea yang sering kita jumpai, yaitu laba-laba.Tubuhnya terdiri dari dua
bagian, yaitu sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan abdomen pada
bagian posterior.Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput
(kepala) dan bagian toraks (dada).Pada sefalotoraks terdapat sepasang kalisera
(alat sengat), sepasang pedipalpus (capit), dan enam pasang kaki untuk
berjalan.Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada mulut.
Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri
dari mesosoma dan metasoma.Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang
merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas.Didalam spineret
terdapat banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus
atau kelenjar benang abdomen.Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang
mengandung protein elastik.Protein elastik tersebut akan mengeras di udara
membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa.
Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau
trakea.Paru-paru buku adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan
terletak pada bagian abdomen.Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula (
tunggal = tubulus ) Malpighi.Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan
buntu dan organ ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam
usus.Selain Tubula Malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar
koksal.Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada
daerah koksa (segmen pada kaki insecta).
Ø Myriapoda
Myriapoda (dalam bahasa yunani, myria = banyak, podos = kaki) merupakan
hewan berkaki banyak.Hewan kaki seribu adalah salah satunya yang terkadang kita
lihat di lingkungan sekitar kita.Myriapoda hidup di darat pada tempat lembap,
misalnya di bawah daun, batu, atau tumpukan kayu.Bagian tubuh Myriapoda sulit
dibedakan antara toraks dan abdomen.Tubuhnya memanjang seperti cacing.
Pada kaput terdapat antena, mulut, dan satu pasang
mandibula (rahang bawah), dua pasang maksila (rahang atas), dan mata yang
berbentuk oseli (mata tunggal).Tubunya bersegmen dengan satu hingga dua pasang
anggota badan pada tiap segmennya.Setiap segmen terdapat lubang respirasi yang
disebut spirakel yang menuju ke trakea.Ekskresinya dengan tubula
malpighi.Myriapoda bersifat dioseus dan melakukan repsroduksi seksual secara internal.Myriapoda
dibedakan menjadi dua ordo, yaitu Chilopoda dan Diplopoda.
Ø Chilopoda
Kelompok hewan ini dikenal sebagai kelabang.Tubuhnya
memanjang dan agak pipih.Pada kepalanya terdapat antena dan mulut dengan
sepasang mandibula dan dua pasang maksila.Pada tiap segmen tubuhnya terdapat
kaki dan sepasang spirakel.Pasangan pertama kaki termodifikasi menjadi alt
beracun.Alat penyengat digunakan unutk menyengat musuh atau
pengganggunya.Sengatannya menimbulkan bengkak dan rasa sakit.Contoh hewan ini
adalah kelabang (scutigera sp.).
Ø Diplopoda
Hewan pada ordo ini dikenal dengan kaki seribu,
meskipun jumlah kakinya bukan berjumlah seribu.Ada yang menyebutkan nama lain
seperti keluwing.Tubuhnya bulat panjang.Mulutnya terdiri dari dua pasang
maksila dan bibir bawah.Pada tiap segmen tubuhnya terdapat dua pasang kaki dan
dua pasang spirakel.Diplopoda tidak memiliki cakar beracun karenanya hewan ini
bersifat hebivora atau pemakan sisa organisme.Gerakkan hewan ini lambat dengan
kaki yang bergerak seperti gelombang.Bila terganggu hewan ini akan
menggulungkan tubuhnya dan pura-pura mati.Contoh hewan ini adalah kaki
seribu(lulus sp.).
Ø Crustacea
Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta = kulit)
memiliki kulit yang keras.Udang, lobster, dan kepiting adalah contoh kelompok
ini.
Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan akuatik,
meskipun ada yang hidup di darat.Crustacea dibedakan menjadi dua subkelas
berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu Entomostraca dan Malacostraca.
Ø Entomostraca
Entomostraca adalah crustacea yang berukuran
mikroskopik, hidup sebagai zooplankton atau bentos di perairan, dan juga ada
yang sebagai parasit.Contoh hewan ini adalah Daphnia, Cypris virens, dan
Cyclops sp.
Ø Malacostraca
Malacostraca adalah crustacea yang berukuran lebih
besar dari pada entomostraca.Hewan yang termasuk kelompok ini adalah Udang,
lobster, dan kepiting.Berikut akan dibahas sedikit mengenai urain hewan
kelompok satu ini.
Udang memiliki ekssoskeleton yang keras untuk
melindungi tubuhnya.Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu kaput dan toraks
yang menyatu membentuk sefalotoraks, serta abdomen.Dibagian sefalotoraks
dilindungi oleh eksoskeleton yang keras berupa karapaks.Karapaks memiliki duri
di ujung anterior yang disebut rostrum.Di dekat rostrum terdapar mata faset (
majemuk) yang bertangkai.Pada kaput sefalotoraks merupakan penyatuan lima
segmen.Dibagian kaput terdapat sepasang antenula, sepasang antena, dan tiga
pasang bagian mulut.Antenula berfungsi sebagai alat peraba, sedangkan antena
sebagai alat keseimbangan tubuh.Tiga pasang mulut terdiri dari sepasang
mandibula dan dua pasang maksila.Pada bagian toraks terdiri dari delapan
segmen, terdapat tiga pasang maksiliped, sepasang seliped, dan empat pasang
kaki jalan(periopod).
Maksiliped tersebut berfungsi sebgai penyaring makanan.Seliped
berfungsi untuk mencari makanan dan melindungi diri dari musuh.Pada bagian
abdomen terdapat lima pasang kaki renang (pleopod).Pada ujung posterior
terdapat telson dan sepasang alat kemudi untuk berenang (urupod).Pada udang
jantan, pasangan pleopod 1 dan 2 bersatu menjadi gonopod.Gonopod berfungsi
sebagai penyalur sperma saat kopulasi.Sedangkan pada wanita berfungsi untuk
melekatkan telur dan membawa anaknya.Saluran pencernaan udang terdiri dari
mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Mulut dan esofagus terletak di bagian
bawah sefalotoraks.Lambung ( terletak di sefalotoraks ) dan usus ( terletak di
abdomen ) berada disepanjang bagian dorsal tubuh.Hati yang merupakan kelanjar
pencernaan terletak di bagian toraks dan abdomen.makanan udang berupa berudu,
larva, serangga, dan ikan-ikan kecil.Sisa metabolisme dikeluarkan melalui alat
kelenjar hijau yang terletak di kepalanya.Pernapasan dilakukan dengan insang
yang terdapat di bagian ventral tubuhnya dekat kaki.Sistem peredaran darah
terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan sinus yang rongganya berdinding
tipis.Organ kelamin bersifat dioseus.
Ø Insecta
Insecta (dalam bahasa latin, insecti =
serangga).Banyak anggota hewan ini sering kita jumpai disekitar kita, misalnya
kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang,dan
lebah.Ciri khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah.
Karena itu pula sering juga disebut hexapoda.
Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air
tawar, laut dan darat.Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrata
yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit.
Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu
kaput, toraks, dan abdomen.Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu
adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal
(oseli).Insecta memiliki organ perasa disebut palpus.
Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan
ketiga.Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh.Pada abdomennya
terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea.Trakea
merupakan alat pernapasan pada Insecta.Pada abdomen juga terdapat tubula
malpighi, yaitu alt ekskresi yang melekat pada posterior saluran
pencernaan.Sistem sirkulasinya terbuka.Organ kelaminnya dioseus.
F. Perkembangbiakan Laba-laba
Dalam kehidupan laba-laba, umumnya laba-laba jantan
lebih kecil dari betinanya. Sebab itu, biasanya setelah kawin, laba-laba betina
akan segera memangsa perjantan. Untuk mencegah dimangsa oleh betinanya,
laba-laba jantan akan mengalihkan perhatian pasangannya dengan memberikan
mangsa lain atau laba-laba jantan membuat betina tidak dapat bergerak bebas
dengan mengikat benang sutra selama kawin.
Setelah proses perkawinan berakhir, laba-laba jantan
harus segera menjauh secepat mungkin untuk menghindari dimakan oleh sang
betina.
Pada musim semi, sebagian besar laba-laba bertelur.
Bentuk telurnya membulat dengan diameter kira-kira 1 mm dan jumlahnya
bervariasi sesuai dengan jenisnya. Laba-laba betina mengeluarkan semua telurnya
pada saat yang dan membuat "kokon" tunggal (selubung yang terbuat
dari benang-benang halus untuk melindungi telur). Untuk melindungi kokonnya,
beberapa laba-laba menyembunyikannya dalam tumbuhan atau di bawah batuan, dan
induknya menjaga didekatnya. Pada laba-laba jenis lain, si betina lebih suka
membawa kokon berisi telur seperti ransel. Pada laba-laba jenis tertentu,
setelah telur menetas, anak-anak laba-laba memanjat punggung induknya dan ikut
bersamanya selama tahap awal perkembanga.
Pada umunya, laba-laba mengalami pertumbuhan langsung.
Karena itu, bayi laba-laba sangat serupa dengan laba-laba dewasa. Akan tetapi
jika telur terbuka, laba-laba yang baru lahir sebagian besar tidak mempunyai
pertahanan dan beberapa bagian tubuhnya belum ada, misalnya laba-laba yang baru
lahir belum bermata dan kakinya belum dapat digunakan. Jika telur menetas,
larva kecil dan belum dapar bergerak muncul dan bertahan hidup dari persediaan
makanan. Kemudian larva tersebut menjadi nimfa, yang mampu mencari makanan
sendiri. Dalam dalam perkembangan dan selama hidupnya dapat berganti kulit 5
sampai 10 kali, serta biasanya selama berganti kulit mereka bergantung
terbalik.
BAB III
PENUTUP
Kelompok 4 :
Angelica A. Sihotang,
Grace P. R Parhusip
Yeni F. Simbolon
Santika Okta
A. Kesimpulan
Laba-laba merupakan hewan
pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah
serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies
dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu
menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya.
Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies
yang gigitannya dapat membahayakan manusia.
Tidak semua laba-laba
membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan
benang sutera --yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat-- dari
kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat
sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu
tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi
lubang sarang, dan lain-lain.
B. Integration of Faith and
Learning (IFL)
1. AYUB 8: 14
“ Yang andalannya seperti benag laba-laba, kepercayaannya
seperti sarang laba-laba”
2. AYUB 27: 18
“ Ia mendirikan rumahnya seperti sarang laba-laba,
seperti gubuk yang dibuat penjaga”
3. YESAYA 59:
5
“ Mereka menetaskan telur ular beludak, dan menenun
sarang laba-laba; siapa yang makan dari telurnya akan mati, dan apabila sebutir
ditekan pecah, keluarlah seekor ular beludak”
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba
http://estiarana.blogspot.com/2010/12/laba-laba-lynx-oxyopes-javanus.html
http://www.scribd.com/doc/76749838/artikel-laba-laba
KATA
PENGANTAR
Saya panjatkan
syukur kehadirat Tuhan YME atas kasih karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas pembuatan Makalah Entomologi Laba-laba dalam pelajaran Biologi mengenai
Hewan (Animalia) guna memenuhi tugas Biologi di SMA ADVENT CIMINDI ini.
Kami sampaikan
terimakasih kepada Bapak guru Biologi dan pihak-pihak lain yang telah meberikan
bimbingan dan bantuan kepada kami, sehingga tugas ini dapat diselesaikan.
Terimakasih juga kami sampaikan kepada teman sekelompok atas kerjasamanya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Maaf apabila ada kesalahan tutur kata dan kekurangan
dalam pembuatan makalah ini, tetapi kami sudah berusaha melakukan yang tebaik.
Harapan saya,
semoga ; laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya.
Bandung,
14 Maret 2019
Penulis, Penulis,
Angelica
A. Sihotang
Grace P. R Parhusip
Pembantu,
Pembantu,
Yeni F. Simbolon Santika
Okta
Guru Pembimbing,
Bpk. Welly
FYI :
Kalau kalian merasa artikel ini membantu, tolong komen "yes!" di kolom komentar ya💬. Dan apabila semakin banyak yang komen, malaikatpenolongmu bakal bikin artikel seputar tugas-tugas sekolah yang pastinya menolongmu banget..👍😀
C U on the next article..
bye bye sobat malaikatpenolongmu👋💗👼
Halo semuanya..
BalasHapussemoga artikel ini bermanfaat ya, feel free to comment down below